Semangat Bandung Pimpin Asia dan Afrika Menuju Masa Depan

2015-05-12 18:00

Konferensi Asia Afrika (KAA) selama dua hari dibuka di Jakarta hari ini (22/4). Dalam konferensi kali ini akan dikeluarkan dokumen untuk mengorbarkan kembali Semangat Bandung. Ini berarti Semangat Bandung tetap relevan dan penting dalam situasi politik dan ekonomi yang baru.

Wakil Direktur Institut Penelitian Asia Pasifik di bawah Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, Han Feng mengatakan: "Semangat Bandung memiliki arti monumental yang sangat penting. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, di dunia muncul konfrontasi baru antara negara besar, di mana pengaruh kolonialisme dan imperialisme masih merajalela. Semenara itu negara-negara berkembang berkobar-kobar menentang kolonialisme, imperialisme dan hegemonisme dalam perjuangannya mengusahakan pembangunan dan kemerdekaannya sendiri. Negara-negara berkembang menyusun prinsip-prinsip pokok untuk melakukan kerja sama antara satu sama lain, yaitu Dasasila Bandung. Dengan adanya Dasasila ini, maka negara-negara berkembang menunjukkan peran, wajah dan teori yang baru di panggung dunia.

60 tahun sudah berlalu sejak KAA pertama di Bandung. Situasi internasional kembali berada di titik balik sejarah. Saat ini negara-negara berkembang di Asia dan Afrika telah mengalami kebangkitan secara merata. Separoh anggota PBB adalah negara-negara Asia dan Afrika. Akan tetapi, hegemonisme, politik kekuatan dan terorisme tetap mempengaruhi perdamaian dan stabilitas dunia, negara-negara Asia dan Afrika tetapi menghadapi tugas berat untuk mengembangkan ekonomi dan memperbaiki hajat hidup rakyat.

Profesor Wang Fan dari Akademi Diplomasi Tiongkok menunjukkan, Dasasila Bandung masih relevan untuk penanganan hubungan antar negara pada zaman sekarang. Ia mengatakan, walaupun situasi telah berubah, namun prinsip-prinsip pokok yang tercantum dalam Dasasila masih relevan dan penting. Dasasila menganjurkan prinsip mengusahakan persamaan sementara mengesampingkan perbedaan, serta hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati. Prinsip-prinsip itu adalah hukum penting untuk menangani hubungan antar negara. Wang Fan juga menyatakan bahwa hubungan antar negara serta masalah-masalah titik panas harus dipandang penting dan diselesaikan.

Xu Liping dari Akademi Ilmu Sosial mengatakan, Dasasila Bandung menentang penggunaan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun. Prinsip itu masih mempunyai arti realistis yang penting pada zaman sekarang. Ia mengatakan, mekanisme pertahanan baik yang bilateral maupun multilateral yang muncul sejak Perang Dingin sebenarnya sengaja ditujukan negara lain dan mengabdi bagi kepentingan negara besar. Mekanisme itu tidak menguntungkan pembinaan ketertiban politik dan ekonomi yang adil dan damai pada saat ini. Sarjana tersebut menganjurkan pengembangan Semangat Bandung dalam penanganan hubungan antar negara.