Punya 30 Juta Penduduk, Ini Cara Beijing Mengatur Kota Tetap Rapi dan Bersih

2014-09-02 10:00

Ahmad Toriq - detikNews

Tiongkok - Sebagai salah satu kota terpadat di dunia, Beijing bisa tetap terjaga rapi dan bersih. Jakarta sepertinya harus belajar banyak dari ibu kota Tiongkok itu.

detikcom, bersama 22 awak media se-ASEAN, berkesempatan berkeliling Beijing atas undangan Kementerian Luar Negeri Pemerintah Tiongkok, Minggu (1/9/2014).

Menurut wikipedia, populasi Beijing tahun 2013 lalu sebanyak 21,5 juta jiwa. Namun, menurut petugas pemerintah Tiongkok, tahun ini populasi di Beijing sekitar 30 juta jiwa.

Dengan angka populasi sebesar itu, anehnya, Beijing tak terlihat sepadat Jakarta, yang populasinya hanya setengahnya. Alih-alih terasa sumpek, Beijing terlihat rapi dan bersih.

Sudut-sudut kota itu juga terlihat bersih dan asri, begitu juga dengan jalanannya. Selain itu, banyak terdapat taman kota yang bisa dimanfaatkan warga Beijing untuk bersantai ataupun olahraga.

Begitu juga dengan lalu lintasnya, jika dibandingkan dengan Jakarta, bisa dikatakan jalanan Beijing cukup lengang. Memang tetap ada kemacetan, namun tak separah Jakarta. Titik kemacetan tak begitu banyak, dan antrean kendaraan juga tak terlalu panjang.

Bagaimana cara mereka mengatur kota?

Pemerintah Kota Beijing menerapkan banyak aturan di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu yang menarik adalah soal aturan jam keluar bagi orang berusia lanjut.

Di Beijing, orang-orang tua diimbau untuk tidak keluar di waktu padat, seperti di pagi hari saat orang berangkat ke kantor atau sekolah. Para orang tua diminta tetap tinggal di rumah dan baru keluar setelah kepadatan berkurang.

Untuk lalu lintas, pemerintah Beijing 'memaksa' warganya mengutamakan transportasi umum. Caranya, antara lain, adalah dengan menetapkan tarif parkir yang mahal untuk mobil.

Mobil juga tak bebas berkeliaran di Beijing. Ada aturan soal pelat kendaraan yang boleh berkeliaran di jalan umum. Aturan ini mirip seperti yang pernah ingin diterapkan oleh Jokowi, yaitu pelat genap ganjil, namun lebih kompleks.

Pelat mobil dengan nomor akhiran tertentu tak bisa keluar di hari tertentu. Contohnya, mobil dengan pelat nomor berakhiran 2 dan 8 tak boleh keluar di hari Kamis. Begitu juga dengan hari lain, ada aturan nomor tertentu yang tak boleh keluar di hari itu.

Bagaimana dengan motor? Tak banyak terlihat motor di Beijing. Ada aturan yang melarang motor melintas di wilayah tertentu.

Sebagai kompensasi, pemerintah Beijing menyediakan berbagai sarana transportasi umum, seperti subway, bus, light train, trem, dan bus khusus dengan jalur sendiri. Ada juga rental sepeda listrik. Di sudut-sudut kota Beijing, terdapat rental sepeda yang digerakkan dengan motor listrik. Harga sewanya cukup murah, 1 Yuan per hari. Cukup banyak warga Beijing yang menggunakan sepeda listrik ini.

Dengan sejumlah aturan dan fasilitas itu, keramaian di Kota Beijing terpusat di area transportasi umum, utamanya di subway.

Untuk kebersihan, Beijing menempatkan banyak petugas di tempat-tempat umum. Petugas itu selalu siaga membersihkan kota dan menegur warga yang buang sampah sembarangan. Ada juga denda yang mengancam warga yang suka membuang sampah dan meludah sembarangan.

Dampak dari semua aturan ketat dan fasilitas itu adalah kota yang rapi dan asri. Jadi, kapan Jakarta bisa seperti Beijing?